“eh
emang lah Tya ni tumben lama keluarnya tu” tanyaku ke Tya
“biaselah pelajaran Ma’am Suratin selesaikan tugas lok baru bise keluar”
jelasnya kepadaku
Cukup
lama untuk bisa membujuk Tya pulang kerumah ku dulu. Tapi akhirnya berhasil dia
mau ikut denganku pulang kerumah sebentar.
“I’am
makasih yah udah ngucapin selamat ulang tahun malam tadi” suaranya memecahkan
kesunyian selama jalan menuju kerumah
Ku
genggam tangannya “Gak apa-apa kok Tya kan asik malam kurang lebihkan
waktunya” obrolku denganya sepanjang
perjalan berpegangan tangan.
Sesampai
dirumah ternyata ada Yogi udah duduk santai diruang tamu bersama mama sepertinya
lagi ngobrolni. Aku suruh Tya duduk sebentar dan Yogi mulai sedikit jailnya
duduknya geser-geser dekat ke Tya.
“I’am
! Yogi nakal tah!” teriak Tya ke Aku
“Yogi ! jangan nakal” kataku ke Yogi
“Cuma gurau bah Am gak di apa – apain” senyum Yogi
Pecah
tertawa di antara kita, Aku rasa sudah waktunnya. Aku pamit kebelakang sebentar
dan mengambil Ilti dari kamarku. Aku berjalan dengan muka ditutupi boneka
kearah Tya dan ku serahkan bonekanya
“ ini Boneka untuk Tya tolong diterima ya maaf hadiahnya Cuma segini aja ya”
Kataku menyerahkan boneka untuk Tya.
Tya
berterima kasih dan memelukku saat mau pulang, jadi senyum – senyum sendiri
dibuatnya. Saat berpelukanku bisikan kata – kata ditelinganya “semoga di umur
15 tahun Tya bisa semakin bijak pikiranya”. Setelah selesai berpelukan Tya ku
antar ke sekolah lagi, Dia pulang dan Aku harus latihan basket.
Setahun
bersama
Kami
memutuskan untuk bertukar hadiah pada anniversary pertama. Aku bingung apa yang
cocok diberikan ke Tya di Hari jadi kami. Demi mendapatkan ide Aku Hand Stand
di dinding dan melancarkan pikiran.
Bingo
akhirnya telah diputuskan setelah Hand Stand lima menit. Aku memilih jam untuk
acara tukar hadiah nanti. Tiga hari menjelang Anniversary Hadiahnya telah
dibeli dan sekarang hanya menunggu hari jadi saja.
Tepat
Tanggal dua puluh delapan july. Di hari yang di janjikan kebetulan sekali masih
dalam libur nan panjang kenaikan kelas dan menyambut puasa. Kami sepakat untuk bertukar
hadiah di rumahku setelah dzuhur. Aku menunggu seperti biasa di warnet.
Lokasinya berdekatan dengan rumah jalan sekitar lima menit sampai. Karena
keasikan main game online Aku jadi lupa waktu sama perjanjian dengan Tya. Dua
jam aku bermain Tya akhirnya SMS menanyakan dimana diriku sekarang. Aku baru
tersadar dan ingat perjanjian dengannya, dengan tergesa – gesa pulang dan
untungnya dia rela menunggu.
Berbincang
– bincang sebentar ternyata Tya membawakan kue buatannya. Diatasnya bertuliskan
Happy First Anniversary. Ternyata sampai segininya dia menyiapkan Hari Jadi
kami. Setelah membuat harapan makan kue enak banget rasanya, jadi kepingin
banyak – banyak. Kami membuat harapan semoga hubungan ini panjang umurnya, bisa
mengatasi masalah yang ada dengan kepala dingin, dan tetap saling mendukung.
Aku
mengambil sebuah jam tangan dari dalam tas kecilku dan Tya mengeluarkan baju.
Kita switch hadiah. Tya senang Aku pun juga senang. Setiap sepuluh menit aku
kembali ke kamar abang Tedy. Aku melanjutkan main game online yang tanggung
terselesaikan missionnya. Aku bolak balik dari ruang tamu ke kamar Abangku,
Situasi gamenya kita lagi event mingguan jadi Aku mampir ke game juga dihari
Anniversary itu.
Tya
merasa jenuh melihatku hampir sepuluh kali bolak balik.
“I’am kenapa sih main game jak terus, Tya pulang jak lah ye” katanya dengan
nada jenuh
“ih jangan dulu pulanglah 1 kali game lagi aja ya Tya” balasku
mempertahankannya
Hanya
satu kali game lagi tapi ini paling lama, mungkin Tya merasa bosan menunggu dia
memutuskan untuk pulang kerumah, setelah hampir sepuluh menitan menungguku
diruang tamu.
Kata
mama tadi Tya pamit pulang. Langsung deh menyusul ke teras rumah, untungnya Tya
belum menghidupkan motor. Cukup lama membujuk dirinya tapi nihil hasilnya dia
pingin tetap pulang dan tidak mau mengganggu Aku main game.
Anniversary
pertama kalinya kacau karena diriku sendiri untuk apa disesali. Sudah kejadian
seperti ini.
Hari ini Anniversary kita yang
petama
kenapa I’am seperti ini, banyak di depan komputer
dari pada sama Tya semuanya udah disiapkan kenapa harus gini
pacaran aja sana dengan komputer.
Tya kecewa hari ini dengan I’am.
I’am lebih milih game online daripada Tya.
Mendapatkan
pesan dari Tya Aku sedikit tersadar. Pacaran itu tidak jauh berbeda dengan
Game. Banyak rintangan yang harus dihadapi. Memang diriku lebih memilih game
karena bisa memberikan sesuatu kesenangan dan kemarahan, begitu pula dengan
pacaran. Sejujurnya lebih asik main game karena terbebas dari rasa cemburu.
*****
Kejutan
21 Desember 2011.
Semuanya
beres dari baju muslim dan shorban udah siap hari ini disamping ulang tahunku
aku harus menang lomba dakwah antar kelas. Teks Pidato sudah siap “Class
Meeting Time” Teriakku.
Melihat
halaman sekolah penuh dengan manusia sumpek rasanya, mana make baju muslim sendiri.
Gak pikir macam-macam diriku maju aja. Sampainya di Mushola Spansa untung ada
teman jadi gak perlu canggung semoga undian nomor enam belas ini menguntungkan.
Giliran
si anak jago hapal maju. Uh dalil-dalilnya “Kita sebagai anak haruslah berbakti
kepada kedua orang tua kita”. Anak tersebut adalah Ketua Osis Spansa tapi
gitu-gitu aja sekolah gak ada perubahan sama sekali, namanya M Rizki Ibi.
Nah
sekarang si anak bershorban. Dengan lancarnya membaca dakwahnya walau sedikit
terbata-bata membaca tulisan Al-Qur’an. Si Anak ini tetap dengan lantang
membaca isi dakwahnya. Dia berpesan “kawan sebentar lagi kita UN disamping
usaha kita juga harus berdoa, dekatkan diri kepada Allah dan mohonlah
pertolongan darinya karena ilmu itu berasal dari-Nya.”
Tenang
rasanya setelah membaca selesai berlomba kini waktunya bersantai ria hahahaha.
Bingung ngeliat Tya gak ada tumben banget pulang awal, sms aja hari ini belum.
Aku pikir mungkin lagi gak ada pulsa ni. Setelah selesai dari urusan sekolah
pingin istirahat kerumah ngajak Yogi nyantai dulu eh dianya malah ada urusan
dengan pacarnya. Harap dimaklumi sajalah kita ini masih SMP mungkin pikiran ini
masih sangatlah labil, biasa anak remaja.
Pulang
jalan kaki sendiri, seperti biasa. Sesampainya dirumah aku melihat ke teras
rumah ada motor Tya. Kerumah gak bilang-bilang.
“Assalamualaikum”
membuka pintu.
“Waalaikumsalam” jawab teman-temanku
Tanpa
disadari dari belakang Yogi, Yoga, Ahmad, Tomo, Fauzan, Angga. “Plok” suara
telor dikepala dan badan. Farina, Mesy, dan Alfira, melempar tepung dan kena
lagi deh Aku jadi makhluk putih-putih dan bau telor.
Apalagi
ya Allah yang terjadi, ngeliat teman-teman ketawa-tawa Aku juga ikutan. Dari
dalam keluarlah dua pasang wanita dengan membawa kue ulang tahun. Mereka adalah
mama dan Tya.
Aku
merasa badan ini sudah seperti adonan kue, dimana ada tepung di badan dan
pecahan telur ada dikepala, jika diolah maka akan jadi kue i’am. Ini merupakan
moment setahun sekali mungkin harapku maklumi. “Sekarang waktunya potong kue”
Yogi dengan semangatnya berkata. Melihat diriku seperti adonan kue yang akan
memotong sebuah kue.
“Adonan kue kok jadi motong kue” Saut fauzan meledek. Suasana tawa kembali
dalam acara ini.
“Selamat
Ulang Tahun I’am” Ucap mereka. Wah kawan moment menyentuh sekali dihari ini.
“potong kuenya, potong kuenya, potong kuenya sekarang juga” Teman – teman
bernyanyi potong
kue. Kuenya di potongan, dan pertama Aku berikan kepada Mama
tercinta. Kedua baru deh ke Tya yang, ketiga Aku silahkan teman-temanku mengambil kuenya. Yogi dengan lahap
makan kuenya.
Senang
rasanya ngeliat teman senang Tya juga senang. Alhamdulilah senyum di antara
mereka membuat hati tenang. Satu lagi hadiah dari Tya Sebuah baju hangat.
“Biar
gak terlalu kedinginan pake aja jaketnya hujan ni” kata dia sambil memelukku.
Semuanya
terasa indah disaat kita bersama, senyum selalu bertebaran dimana – mana.
Pacarku, dan sahabatku mereka yang membuat diriku kuat dalam menghadapi badai
kehidupan ini. .
*****
Dream and Girlfriend.
Awal
Tahun 2012
Harapan
yang kutuliskan di tahun 2012
Dapat masuk SMA Favorit
Sekolah SMA di luar Kota Pontianak
Menjadi pribadi yang lebih baik lagi
Tercapainya mimpi-mimpi di tahun ini.
Harapan
Tya tahun 2012
Dapat masuk SMA Negeri 1
Langgeng dengan Ilham
Terus Bersamanya
Mimpi
yang ingin Aku capai gak selaras dengan mimpinya Tya. Dia ingin bisa bertahan
tapi aku hanya bisa ngikutin arus waktu sampai kapan kita terus bersama. Aku
gak tau kenapa sekarang jadi berpikir seperti itu, padahal dulu
memperjuangkannya dengan susah payah. Mungkin karena aku gak bisa terlalu
dikekang.
Duduk
berdua di bangku halaman sekolah
“Tya
hhmm Bosan ni gak tau kenapa, UN kita udah tinggal 3 bulan lagi. Jujur I’am
bingung kenapa bisa ngerasakan seperti ini. Kita Jalani aja ya hubungan ini.”
Jelasku ke Tya.
“Kok jadi ngomong gitu sih I’am ni” tanya Tya.
“hhmm gak tau kepikiran aja jalani aja ya dulu kalau memang bertahan seperti
yang diingikan ya syukur tapi kalau gak Tya harus kuat, Soalnya SMP dan SMA itu
tingkat pergaulannya udah beda”. Jawabku sambil mengelus kepalanya.
“hhmm kita ya udah kita jalani aja” jawabnya singkat.
Setelah
menjelaskan aku pingin bersekolah diluar kota Tya kelihatan sangat kusut
mukanya. Mungkin karena tidak ingin berpisah denganku. Di sisi lain Aku ingin
harus memilih antara membahagiakan orang tuan dengan menyenangkan Tya, hal itu
yang membuatku bingung. Ya Aku pun memilih membahagiakan orang tua.
Hari
ke hari memang sudah dekat dengan UN tapi bosan kalau harus belajar terus
didepan buku. Sumpek, pagi belajar disekolah siang melanjutkan di rumah sampai
sore selasai itu malam baca-baca buku lagi. Hanya hari sabtu dan minggu aku
tidak ingin bertemu dengan buku. Yah malam minggunya sepupu kumpul dirumah
nenek yang bersebelahan dengan rumahku jadi, Aku mengungsi kesana untuk mencari
kesenangan.
Setiap
istirahat kami selalu bertemu, ngobrol bareng habiskan waktu istirahat bersama.
Ini semua perlahan bukannya menguatkan perasaanku. Aku juga butuh waktu
sendiri.
Teman
lama yang pernah aku suka saat SD secara tiba-tiba chatting akhirnya kita
tukaran nomor.
(Gilakan masih SD udah maen suka-sukaan sama cewek, kacau banget diriku).
Kali
ini Aku dapatkan kembali nomor teman lamaku ini. Sekian lama kita saling cuek –
cuekan karena masa lalu dan sekarang kita mulai membangunnya dari awal kembali
sebuah pertemanan klasik.
Sebelum
menyukai Tya dan jatuh cinta dengannya. Cewek pertama yang Aku suka adalah
Feby. Saat menginjak kelas tujuh dulu kita memang dekat tapi hanya lewat pesan
singkat. Tidak tahu kenapa Aku dengan Feby dekatnya itu cuma lewat SMS jika
sudah ketemuan biasa – biasa saja. Semuanya berubah sejak kelas tujuh semester
dua Aku dengan Feby sudah jarang komunikasi lewat sms lagi.
Sekarang
dengan bertukar nomor HandPhone waktunya untuk memperbaiki hubungan silaturahmi
yang dulu tidak telaksana dengan baik. Sama seperti dulu dia tidak berubah
sedikitpun masih tetap baik dan ada perhatiannya. Jadi sering senyum – senyum
sendiri saat SMSan dengannya.
Aku
dan Feby memang dekat di SMS. Kalau kita udah ketemuan itu kayak gak kenal sama
sekali beda banget dengan di sms bisa membicarakan apa aja. Sampai dibilang
sombong diriku kalau ketemu tidak menyapa.
Kalau
udah ke dunia nyata kita itu jauh banget cuma bisa negur “Feby” sapaku ke dia
ketika bertemu. Memang hari – hari ku seringnya sama Tya ntah itu istirahat,
pulang sekolah, bahkan mau masuk bel pagi.
Pernah
kejadian seperti ini. Ketika Aku sedang istirahat dan waktu itu tidak dipakai
berdua dengan Tya. Seperti biasa untuk mengimbangi antara pacar dengan teman
agar tidak dibilang kacang lupa kulit, diriku menyempatkan main sama rekan dan
adik kelasku di tangga dekat koperasi. Kebetulan Feby lewat saling menyapa
untuk memperkuat silahturahmi ngobrol deh kita akhirnya.
“Feby
gimana mau lanjut ke SMA mana ni nanti kalau udah lulus” Tanyaku
“Mau ke SMA Negeri 2 am biar dekat dengan rumah kalau i’am mau kemana?” Feby
balik bertanya.
“Pingin ngelanjutin ke luar kota si Feb doakan aja” Jawabku
Kami
ngobrol cuma bisa singkat aja tidak bisa lama – lama. Dia turun kebawah untuk
jajan bukan untuk ngobrol denganku. Aku melanjutkan main dengan rekanku.
“Wah
bener – bener i’am ni megang omongannya waktu SD dulu” Kata Yogi
Aku
cuma bisa tersenyum.
Aku
merasa nyaman dengan Feby, walau hanya lewat SMS. Aku rasa itu sudahlah sangat
cukup. Kedekatan ini dicurigai oleh pacarku. Mulai dari SMS sampai keseharian
ini seperti diperhatikan dari jauh.
Ketika
sore jam latihan basket Tya, menonton latihan dan meminjam HP ku dilihatnya
pesan SMS dengan Feby. Aku sendiri kaget tidak
menyangka kalau dia akan membaca inboxku. Tidak lama setelah membaca HP ku
disimpan dalam tas dan Tya langsung pulang. Melihat hal itu Aku tetap
melanjutkan latihan samapai selesai. Aku sendiri heran melihatnya dan bertanya
– tanya pada diri sendiri. Apa ada yang salah?
Setelah
kejadian yang kemarin sore Tya gak ada balas sms ku dan saat istirahat dia
tidak ada keliatan main ke kelas 9G. Hari ini seperti di dinginkan olehnya. Apa
karena setelah membaca sms kemarin sore? Kemungkinan bisa aja.
Ketika pulang sekolah Akupun langsung pulang
tidak menunggu seperti biasanya. Aku sms Tya hal hasilnya masih belum dibalas.
Mendapat respone seperti itu Aku smsan aja lagi dengan Feby.
Ternyata dia bisa
sedikit menenangkan perasaanku.
Dalam
pikiranku berpikir “Jangan sampai Feby di labrak sama Tya dan teman – temannya
bisa gawat ni, yaudah lebih baik di ndak di apa – apain dari pada nantinya ada
hal baru ndak enak di dengar ceritanya bakalan lain lagi”
Aku
bertemu dengan Feby di Hall sekolah, sekitar duapuluh menit sebelum masuk
sekolah. Kebetulan kita lagi ngebaca info mading dan juga koran yang di pajang.
Aku sambil mencari berita tentang NBA menyempatkan untuk ngobrol dengan Feby.
“Feb
kayaknya ni kita gak bisa sering smsan ni soalnya Tya kayak marah gitu,
bukannya suudzan ni takutnya Tya nanti ngelabrak Feby yah gak enakkan memang
sih kita teman, tapi penilaiian masing – masing orang tu ngeliatnya beda –
beda” kataku memecahkan kesunyian ketika membaca Mading sekolah. ‘riiinnggg”
bel sekolah berbunyi.
“ya
udahlah i’am kalau memang kayak gitu yang i’am mau gakpapa kok kita jarang –
jarang aja smsnya.” Jawabnya dengan senyumnya setelah itu Feby pamit
kekelasnya.
Mungkin
Aku terlalu gimana padahal cuma ingin berteman aja. Yah, jadi harus gimana lagi
ya. Sehari setelah itu barulah Tya mau menjawab smsku. Aku menganggap tidak
terjadi apa – apa cukup bertanya kenapa tidak mau ngebalas sms. “Cemburu ya”
lanjutku bertanya.
“Iya cemburu” jawabnya.
Bingungku
dalam hati padahal hanya teman lama yang ingin menyambung kembali silahturahmi.
Sesekali sms feby masih ada, walau tidak bisa sesering dulu.
Dalam
pikiranku bersyukur banget masalah ini selesai ketika seminggunya mau Ujian
Nasional jadi tidak perlu banyak pikiran lagi. Fokus pada UN aja.
*****
Tragedi
Pemberitahuan Kelulusan dan Cap 30.00
Unjian
Nasional selesai yah keluh kesahku ketika ujian lebih baik jika ditutup saja.
Hari ini merupakan pembagian hasil unjianku selama empat hari itu. Hubunganku
juga baik – baik aja tidak mengganggu belajar ketika ujian waktu itu. Hasilnya
kita lihat sekarang.
Yogi
yang sengaja tidak hadir dalam pembagian kelulusan karena takut, ntah apa yang
di takutkan yogi. Rekan dudukku yaitu, Echi, Ninda, dan Ardian, ( kurang satu
orangnya adalah Yogi ). Kita duduk – duduk di kursi semen dekat lapang basket,
merencanakan SMA mana yang akan di tuju setelah dari Spansa.
“Kitak
mau ke lanjut kemane ni”. Pecah hening dari Baidarus
“Aku same Ninda mau ke Smansa dong”. Jawab Echi
“Aku bingung antara ke Smanta atau Smansa, kalo ke smanta ikut English Clubnya
kan bagus, kalau ke smansa ikut Team Basketnya udah make a Plan bung”. Balas
dengan sedikit kesombongan. Salah satu makhluk pintar di kelas tapi kurangnya
itu sedikit sombong atau mungkin lebih.
“ Kau ni am pilih salah satulah” cubit Ninda ke tangan ku.
Mungkin karena kata – kata tadi.
Kelamaan
nunggu dibawah kami putuskan untuk naik. Sebelum naik kita buat segi empat
memegang bahu yang ada disebelahnya. ( wah kesempatan baidarus, bukan berpelukan
ala tele tubies ya tapi seperti pemain basket lagi Time Out. )
“Optimis
hasilnya baik” kata Echi dan Ninda
“Siap kawan” balas Baidarus
“Insya Allah bagus” jawabku.
Sampai
di depan kelas masing – masing orang tua mendapat arahan dulu dari Bu Nina
Sukarelawati. Wali kelas yang menurutku sangatlah Strong bisa menangani murid –
muridnya yang nakal bukan main. Bu Nina adalah guru yang mengajariku untuk
Introspeksi diri.
Alhamdulillah
semua siswa lulus seratus persen uh my man senang banget. Dikasih selembaran
lagi
dari Bu Nina kayanya hasil nem. Tya datang ke kelasku langsung berlari
dengan senang.
“Tya lulus am. Nemnya lumayan tinggi. I’am udah tahu belum” Tanyanya dengan
senang.
“Masih belum ni Tya cuma tahu Lulusnya aja” jawabku sedikit Gelisah
Tya
pamit turun kebawah dengan membawa kesenangan orang tua dan anak bahagianya.
Senang rasanya melihat Tya udah
tersenyum. Aku yang masih menunggu tentang hasil Nemnya membuat dak dik duk
dada ini.
“Bapak ibu sekalian ini adalah hasil Nem dari anak –
anak kita di tukan dari hasil ujian nasional dan ujian sekolah. Mau dibacakan
atau bapak ibu bacanya bergiliran. ” Terang Bu Nina dihadapan orang tua murid.
Wah
Aku kaget my man melihat ganas juga
ya orang tua murid kalau mau ngeliat hasil dari anak – anaknya. Di pinggiran
mama dan orang tuanya Yogi masih duduk menunggu antrian hasil dari anak mereka.
Hmmm eh anak – anak pada masuk kedalam waktu nunggu diluar sudah selesai. Waktunya
untuk masuk walau untuk yang terakhir kalinya menginjakkan kaki ke dalam kelas
ini.
Kaget
aku melihat hasil dari ujianku ini.
Tak
sanggup menahanan air mata ini. Aku mundur kebelakang mama juga udah liat mama
cuma tersenyum.
“udah
ah ma pulang ajalah ngapain nunggu disini lama – lama” Ajakku ke mama.
Tak
terbendung air mata ini di depan guru yang yang selalu memotivasiku.
“Ilham
kenapa ?” tanya Bu Nina.
“Gak bu gak kenapa – kenapa” jawabku singkat.
“Am
sabar ye am jangan putos asa Cuma gare – gare ini” Kata echi tampak terlihat
senang karena nemnya tinggi dan kasian melihatku.
“Ok siap chi” jawabku menguatkan diri.
Usai
pamitan Aku langsung berlari kebawah menahan air mata ini. Menunggu mama yang lama turun.
Lima
menit Aku menunggu mama turun.
Tak
terucap satu kata pun saat diperjalan. Dalam hati ini terus bertanya kenapa,
kenapa dan kenapa? “How it can be like this” tanyaku pada diri sendiri.
Mimpi
ini sangatlah tak selaras dengan apa yang ini aku capai pada tahun ini.
Sampai
diri rumah gak tau mau ngomong apa. Hanya bisa terdiam dan membisu di kursi
ruang tamu. Sunyi kelam yang Aku rasakan ini. Gak lama setelah sampai Abah
menelpon. Aku bingung mau jawab apa hasil dari ujian ini. Biarkanlah mama aja
yang menjelaskan hal ini. Dalam benak ini membekas di dada Tiga puluh satu
Hhmm mau lanjut ke SMA manakah anak yang gagal seperti diriku ini?
“am
abah mau ngomong sama i’am” kata mama menyerahkan Hpnya.
Subhanallah
Abah gak marah dengan hasil seperti itu. Malu rasanya kalau ketemu sama Abah
hasil Ujian jelek. Abah jadi malah bangga sama Aku bisa lulus walau hasilnya
seperti itu. Dan kakak juga gak marah, padahal Aku ingin membuat Abah dan Mama
Bangga punya anak yang berhasil. Dan nyata-nya Aku gagal tahap awal.
Hari
– hariku terus dalam kegelapan hati.
Bu
Nina juga menyemangatiku.
Ilham tetap semangat yah, walau hasilnya
gak sesuai dari yang kamu harapkan tapi ibu tau kok mana anak – anak yang bener
bisa dalam ujian ini, Ibu percaya sama kamu. Jangan patah semangat, di SMA mari
ulangi semuanya dari awal. Ibu yakin kamu bisa Ilham. Semangat ya.
Mendapat
pesan seperti itu disaat aku lagi bertanya dengan Allah. Cukup menaikan sedikit
dari semangat hidupku.
*****
Selamat
Tinggal Galau
Memang
hasil ujian ku tidaklah memuaskan, setelah dipikir-pikir memang nilaiku rendah
dimata orang-orang. Aku coba mengambil hikmah dari semua itu. Aku ingat apa
yang kakakku pernah bilang.
“Kakak bangga sama dedek, dedek bisa mengatasi diri dedek untuk tidak melakukan
kecurangan. Jangan cepat putus asa itu bukan akhir dari segalanya banyak orang
yang nilai ujiannya rendah tapi mereka banyak yang berhasil dimasa depan. Lebih
baik dedek tu ujian untuk belajar daripada belajar untuk ujian.” Pesan dari
kakak
Hari
yang kulalui suram rasanya main, ke sana sini dengan Tya gak juga hilangkan
rasa galau ini. Tya juga udah menyemangatiku, menghiburku dan, membujukku.
“yah memang biginilah nasib Tya, jadi gak bisa satu sekolah lagi kita nanti SMA
ni” ucapku ke Tya. Tya gak berucap apa-apa, dia hanya menyandarkan kepala
dibahuku.
Capek
rasanya galau terus malam ini malam minggu. Aku harap kegilaan dimalam ini bisa
menghilangkan segara gundah gulana dalam hati ini. Jam 10 biasa waktu yang
sudah ditentukan bersama. Malam ini agendanya main box kartu remi. Ini mainan
yang mengocok perut. Jam 11 semuanya baru bisa hadir biasa yang paling lama
hadir adalah Mas Rio.
Laskar
Nurali Crew terdiri Mas Dede, Mas Rio, Reza, Rian dan Ilham. Permainan dimulai,
kartu dibagikan rata. Siapakah yang akan mati pertama kali mari saksikan.
Ternyata yang kena pertama kali adalah Aku sendiri. Pecah tertawa dari mereka,
sesuai peraturan kalau kalah wajah jadi sasaran di coret – coret pakai bedak.
“Nah colet lok sikit” dari Mas Rio
“Abes Miiam kena die” dari Mas Dede
Permainan
berakhir dengan Reza lah yang kena terakhirnya aku mulai tersenyum walaupun
sesaat. Malam jam setenga satu Mas Dede kelaparan cari nasi di dapur gak
indomie juga habis.
“Ja lapar ndak kau ni” Tanya Mas Dede
“Lapar Mas” Jawab Reza
Karena
kita semua juga lapa yah. Jadi kita putuskan beli KFC. Mas Rio dengan Mas Dede
yang beli keluar yah Aku dengan Reza. Duduk nonton aja nungguin mereka.
“Am
jadi SMA mane lah kau ni” Tanya Reza
“ ndak tau Aku ja nilai jelek na gimane nak masuk ke smansa cuma mimpi jak.”
Jawabku dengan sedikit senyum menggores wajah.
Mas
pulang kita langsung makan. Hahaha
Gak
lama setelah makan, ini adalah momen paling akan selalu di ingat menurutku.
Ngerebuti singgasana untuk tidur. Hahaha
“Am
geser lah” kata reza
“udah di ujung dah ni ja” kata Aku.
Aku
ngeliatin mereka semua udah pada tidur yah tidur aja. Waktu udah menunjukan
pukul 3 pagi.Bangun jam lima lewat, langsung pindah deh dan sholat subuh dulu
setelah itu lanjut tidur dong.
Aku
hampir lupa hari minggu ada latihan pramuka di sekolah mumpung udah selesai
ujian mending puasin diri kemana aja yang aku mau. Masih ada tampang – tampang
galau ni yang aku bawa. Sampai di sekolah ditanyain terus, “am kenapa”.
Duduk
dikursi semen dekat pagar dengan keadaan murung. Kak Arief dengan Kak Dwi
datang menghampiri.
“udah am yang kayak gitu jangan terus dipikirkan nanti malah kau jadi gile
sorang. Ingat kite ni sekolah bukan untuk cari nilai tapi untuk cari ilmu.
Kalau kau cuma cari nilai, ilmu kau ndak bakalan
dapat tapi kalau kau cari
ilmu, nilai bisa kau dapatkan juga.” kata Kak Dwi
“benar tu am kata Kak Dwi hadapin aja
dulu yang ada didepan am, pastilah ada hikmahnya dari itu”
Kata Kak Arief
“bayangkan dulu kakak ni nemnya Cuma tige pulo masih tinggi kau tige satu, nem
tu ndak menjamin am kalo anak itu pintar, tenang jak kau ade bah sekolah nanti
buat nerima kau” kak Dwi terus menyemangatiku.
“Udahlah
am osah nak galau teros tenang jak kau, MAN dua masih bise” echi ikut
menyemangati.
“ndak enak loh am kalo galau teros tetap semangat!!” kak arief menyemangati
lagi.
Yah
mungkin karena kasian melihat diriku di tutupi awan. Sendu terus senyumpun
dikit, Gak tau kenapa Aku sekarang lebih baik daripada yang tadi di kasih
semangat sama teman – teman yang lain juga. Bersyukurnya Aku di karuniai teman
yang bijak dan loyal. Semangat ini akan terus dan tetap berkobar.
Aku
juga ingat perkataan dari Mr. Dedy dia, guru B.Inggrisku disalah satu tempat
kursusku.
“dulu ketika saya masih SMA saya gak pernah mendapat nilai B.Inggris lebih dari
75, Saya tetap berusaha walau saya bisa berbahasa Inggris dengan baik nilai
saya gitu – gitu aja mungkin karena meremehkan” Cerita dari Mr.Dedy
Sekian
lama aku baru menyadari kenapa nilai ujian saya bisa rendah. Bukan karena gak
pakai kunci jawaban yang dikasih tapi karena faktor kesombongan dan sifat
meremehkan yang ada pada diriku. Yah kini Aku sadar. Ternyata kesombongan dan
sifat meremehkan ini yang menghancurkan diriku secara langsung. Sangat
disayangkan sekali ini semua karena kesalahan pribadi.
Jalan
yang dipilihkan dari Yang Maha Memilih
Jam
ditangan menunjukan pukul setengah empat, bergegas membereskan tas untuk
berangkat kursus bahasa inggris. Mau minta antar sama abang teddy dianya lagi
sibuk dengan gamenya. Mau tidak mau ini mengharuskanku untuk berjalan kaki,
maklum Kota ini mayoritasnya adalah pengguna kendaraan roda dua jadi angkutan
umum sulit dicari dan arah tujuannya tidak menentu. Seraya dalam hati ini terus
berbicara dalam perjalanan menuju tempat kursusku. Hati ini sibuk memikirkan
cara agar dapat sekolah yang pantas untuk anak seperti Aku. Jarak yang ditempuh
antara rumah dan kursus bahasa inggrisku tidaklah jauh sepuluh menit jalan kaki
pasti sampai.
Aku
harap dapat menemukan solusi dari masalah ini yang terpenting Aku harus
menggunakan bahasa ini dengan baik demi tercapainya cita – cita yang sudah Aku
susun sejak lama.
Selesai
dari kursus Aku sholat magrib dengan segera di mesjid dekat rumahku. Setelah
berdoa minta petunjuk dari-Nya, Aku pulang dengan pikiran lumayan tenang. Tidak
tahu kenapa tiba – tiba Aku memikirkan sekolah di Sukabumi. Aku juga ingat
sekarang Abahku pindah kerja dari Jakarta ke Sukabumi. Hitung – hitung
mendekatkan diri dengan Abah sembilan tahun Aku ketemu Abah cuma dua atau empat
bulan sekali.
Aku
segera memberitahukan ke Mama kalau diriku ini ingin sekolah diluar Kota
Pontianak.
“Ma i’am pingin ikut Abah aja ma SMA ni sekolah di Sukabumi, kan Abah lagi
disana Ma” Jelasku ke Mama dengan semangat.
“Ya udah kalau memang itu maunya i’am nanti Mama kasih tahu Abah” Balas Mamaku
Mendapat
persetujuan dari Mama Aku sangat senang. Abah juga mengizinkan untuk ikut
dengannya bersekolah disana. Alhamdulillah sekarang pikiran tentang sekolah
sudah tenang.
Aku
tetap secara diam – diam mengurus surat pindah ke Sukabumi. Surat yang ada
disekolah dan surat dari dinas pendidikan Kota Pontianak. Sampai semuanya
selesai Aku akan memberitahu rekan – rekanku.
Tekatku
sudah bulat mungkinkah ini jawaban dari Doa – doaku. Diriku selalu minta
diberikan yang terbaik dari baik.
Orang
pertama yang ku beritahu kalau Aku ingin pindah adalah Tya pacarku sendiri, Dia
selalu menemaniku disaat Aku galau karena bingung mencari Sekolah. Tya kaget
dengan keseriusan omonganku tentang ingin sekolah diluar Kota Pontianak.
“Semoga
ini udah jadi pilihan yang tepat buat I’am” katanya dengan pelan
Ketika
ditepatkan dua pilihan, pilihlah yang bermanfaat untuk dirimu dan orang banyak
terutama dapat membuat orang tua bahagia, mengingat pesan dari Bu Nina ketika
Aku dalam suasana hati galau. Memang untuk kali ini Aku memutuskan untuk
merantau ke negeri orang tujuanku adalah tercapainya cita – citaku. Jika Aku
terus menerus di negeri kelahiranku kemungkinan kecil untuk mencapai cita –
cita yang sudah ukir. Ini adalah pilihanku sekolah jauh dari kampung halaman
dan cari suasana pertemanan baru.
Perpisahan
Malam
ini adalah malam terakhir bersama Laskar Nurali, Hari ini merupakan suasana
dimana berpisah dengan mereka.
“mulai
minggu depan adek kita yang paling kecil ni udah ndak sama – sama kita lagi”
kata Mas Rio.
“Jauh dah die nanti ni” saut Mas Dede
“Ndak ade yang bise di bully lagi lah ni” lanjut Reja.
“Nanti pasti balek kesini lagi bah” jawabku.
Kami
bersama seperti ini sudah lama. Sejak Aku masih kecil, namun sempat jarang
bertemu ketika Mas Dede pergi keluar negeri. Ketika Mas Dede pulang pelan –
pelan kami mulai berkumpul lagi,dialah yang menyatukan Laskar ini adalah Mas
Dede. Mas Dede jugalah yang banyak memotivasi dan mengarahkanku ketika bingung
dalam mencari cita – cita. Rasanya berat harus berpisah dengan teman – temanku
disini, memang diriku sering di Bully tapi disamping itu mereka juga
memotivasiku dan melatih batin agar tahan kalau di Bully, ada hikmahnya juga.
Malam
sekarang terasa panjang, di isi dengan permainan mingguan yang biasa kami
mainkan. Main Box salah satu permainan dengan kartu remi. Peraturannya jika ada
yang kalah harus dicoret wajahnya dengan bedak.
“Am
ambilkan bedaknya nek tat di lemari” Kata Ryan.
Duduk
diteras rumah, bedak ditaburkan di atas kertas di samping ian, dan kartu
dibagikan Reza.
Ditanganku
tersisa 7 dari sekian banyaknya kartu. Jumlah nilai kartuku besar – besar semua
dan tidak lama setalah giliran ku Mas Rio cak te, kartu ditangannya habis dan
point nilaiku 15, beda sedikit dengan Reza, dan Aku menuai kekalahan pertama.
Kena deh wajahku dicoret sama mereka cap tiga jadi bewarna putih menempel
diwajah. Aku di kerjain habis – habisan malam ini mereka belum ada yang kena
coretan sedikitpun keliatan ada yang curang. Tapi tidak apa – apa ini akan
selalu di ingat pikirku.
Last Wednesday night with laskar.
Hampir
tiga jam bermain kartu dari jam dua belas, lama kelamaan membuat bosan, kita
masuk kedalam rumah nenek. Bingung mau ngapain lagi, Reza mengeluarkan banyak
film DVD dari dalam tasnya. Kita di minta untuk memilih film yang mau
diputarkan. Ryan pun pamit untuk pergi kewarnet, jadi tinggal kita berempat
memilah kaset filmnya.
“Mending kite nonton ini na Paranormal Activity 3 Mas” Kata Mas Io dengan nada
menakut nakutin.
“bolehlah tu yo film itu” Jawab Mas dede setuju dan menyuruhku untuk memutar
filmnya.
Ketika
Aku menghidupkan filmnya mereka sudah di singgasananya masing – masing. Reza
udah mengatur posisi disamping Mas dede, Mas Rio mengambil tempat dekat jendala
dan Aku dipinggir di dekat pintu kamar nenek. Lebih tepatnya ditengah – tengah
jalan.
“am
berani ndak kau ni nonton filmnya, film hantu tau.” Tanya Mas Dede dengan senyum
jailnya.
“Beranilah mas takkan pula takut kitekan nonton ramai – ramai” jawabku dengan
nada memberanikan diri di balik selimut.
“Hati – hati kau am kau di tengah jalan tu, nanti kau di tarek pula” Tambah Mas
Io nakut – nakutin
“Iya kau” singkat dari Reza tapi dengan nada ngedownin
Di
film masih belum keliatan menakutkannya masih adegan main – mainnya, tapi
sedikit gejala aneh sudah bermunculan. “HUUUAA !!!!” kita semua teriak kaget
melihat beberapa gejala itu. Aku masih bersembunyi dibalik selimutku, dan
melanjutkan untuk menonton.
“Mas tidur ke?” tanyaku ke Mas Dede
“Ndak, masih nonton kok” Jawabnya tampak masih lumayan segar, Mungkin karena kaget
tadi.
Film
masih tetap bermain, hal – hal aneh dalam film ini membuatku risih. Kita
berempat lagi fokusnya menonton tiba – tiba “tok – tok” suara kaca terdengar
seperti ada yang mengetok. Dalam pikiranku “pasti kerjaan Mas Io” tidak lama
kemudian berlanjut lagi suara ketokan jendela di samping Io. Kita semua
berteriak kaget “aaaaarrrggg” masuk kedalam selimut masing – masing. Aku
semakin merapat ke dekat Reza. “Ape kau ni am udah – udahlah geser tu” Kata
Reza yang tampaknya terganggu.
Film
masih belum selesai Akupun sudah setengah sadar, tampaknya Mas Io dan Reza
sudah berlayar kepulau kapuk duluan. Mas juga sudah memasuki alam setengah
sadar. Aku mengetahuinya karena dari berbicaranya udah ngelantur. Mas ngajakin
Aku ngobrol sesama dalam alam setengah sadar tidak ada yang nyambung –
nyambung.
“jadi am udah berape lama dah kau jadian ni ?” tanya Mas dengan setengah sadar
“Kau berape lama juga mas ?” balasku belum menjawab jadi baliknya. Sekitar lima
menit kemudian, film tersebutlah yang menonton kita yang tertidur pulas jam
empat subuh.
*****